Misteri Makam-Makam Tumbuh Sendiri di Gunung Gamalama
Ternate - Gunung Gamalama, Maluku Utara, tengah menggeliat belakangan ini. Semburan material vulkaniknya mengganggu aktivitas warga sekitar, bahkan sampai memicu penutupan Bandara Babullah Ternate.
Dari sisi lain, Gunung Gamalama juga lekat dengan keyakinan atau mitos yang diyakini masyarakat sekitar. Puncak Gamalama diyakini sebagai tempat suci, tempat bersemayamnya para raja dan imam-imam masjid Kesultanan Ternate serta para penyebar agama Islam.
Ikram Sangaji (33), warga Kelurahan Gambesi, Ternate Selatan, menceritakan makam-makam suci yang berada di puncak Gunung Gamalama biasa disebut jere. Dia mengatakan, jere atau makam suci itu tumbuh sendiri.
"Ayah saya menceritakan jere itu makamnya para aulia dan anbia. Jere-jere yang tersebar di puncak Gamalama itu muncul sendiri. Kalau jere yang tumbuh dahulu itu batu nisannya warna putih, sekarang batu nisannya sudah berwarna hitam," kata dia, Kamis (4/8/2016).
Ikram menambahkan makam yang diyakini milik para aulia dan anbia atau orang-orang suci itu tak hanya tumbuh di puncak Gamalama tapi juga di beberapa Kelurahan di Kota Ternate.
"Seperti jere yang ada di Kelurahan Kulaba dipercaya milik para raja Kesultanan Ternate, Kelurahan Sangaji Utara milik Sangaji (panglima perang Kesultanan Ternate)," kata dia.
Adapun jere di Kelurahan Sulamadaha milik para penyebar agama Islam, Kelurahan Sasa milik para penasehat empat Kesultanan di Maluku Utara, Kelurahan Tobona milik para imam-imam masjid Kesultanan Ternate, dan Kelurahan Foramadiahi milik Sultan Khairun Ternate.
Penunggu-penunggu Gaib Ternate
Menurut Ikram, pada Kelurahan di Kota Ternate memiliki penunggunya. Menurut dia, para penunggu itu dipercaya sebagai penjaga lokasi di Kelurahan tersebut.
Dia mengatakan, para penjaga itu dapat dilihat dengan mata batin khusus. “Untuk di Kota Ternate yang bisa melihat itu hanya pada orang-orang yang memiliki mata batin. Orang-orang ini bisa melihat orang-orang suci itu yang mendiami setiap Kelurahan,” kata dia.
Selain penunggu di Kelurahan, sambung Ikram, pada jere-jere juga terdapat penjaganya. “Sampai sekarang kepercayaan ini masih tertanam di benak setiap generasi. Bahwa Ternate adalah kota suci, yang dihuni oleh para aulia dan anbia,” imbuhnya.
“Biasanya kalau ada musibah seperti ini pasti ada kesalahan besar yang dibuat oleh warga Ternate. Misalnya, ada badai dan hujan petir, itu adalah tanda atau pemberitahuan, dan pasti ada sesuatu," katanya.
"Belakangan ini ada hujan dan badai petir kemudian ditemukan bayi yang dibuang. Sampai bayi yang dibuang itu sudah ditemukan, barulah badai dan petir berhenti dengan sendiri."
Dari sisi lain, Gunung Gamalama juga lekat dengan keyakinan atau mitos yang diyakini masyarakat sekitar. Puncak Gamalama diyakini sebagai tempat suci, tempat bersemayamnya para raja dan imam-imam masjid Kesultanan Ternate serta para penyebar agama Islam.
Ikram Sangaji (33), warga Kelurahan Gambesi, Ternate Selatan, menceritakan makam-makam suci yang berada di puncak Gunung Gamalama biasa disebut jere. Dia mengatakan, jere atau makam suci itu tumbuh sendiri.
"Ayah saya menceritakan jere itu makamnya para aulia dan anbia. Jere-jere yang tersebar di puncak Gamalama itu muncul sendiri. Kalau jere yang tumbuh dahulu itu batu nisannya warna putih, sekarang batu nisannya sudah berwarna hitam," kata dia, Kamis (4/8/2016).
Ikram menambahkan makam yang diyakini milik para aulia dan anbia atau orang-orang suci itu tak hanya tumbuh di puncak Gamalama tapi juga di beberapa Kelurahan di Kota Ternate.
"Seperti jere yang ada di Kelurahan Kulaba dipercaya milik para raja Kesultanan Ternate, Kelurahan Sangaji Utara milik Sangaji (panglima perang Kesultanan Ternate)," kata dia.
Adapun jere di Kelurahan Sulamadaha milik para penyebar agama Islam, Kelurahan Sasa milik para penasehat empat Kesultanan di Maluku Utara, Kelurahan Tobona milik para imam-imam masjid Kesultanan Ternate, dan Kelurahan Foramadiahi milik Sultan Khairun Ternate.
Penunggu-penunggu Gaib Ternate
Menurut Ikram, pada Kelurahan di Kota Ternate memiliki penunggunya. Menurut dia, para penunggu itu dipercaya sebagai penjaga lokasi di Kelurahan tersebut.
Dia mengatakan, para penjaga itu dapat dilihat dengan mata batin khusus. “Untuk di Kota Ternate yang bisa melihat itu hanya pada orang-orang yang memiliki mata batin. Orang-orang ini bisa melihat orang-orang suci itu yang mendiami setiap Kelurahan,” kata dia.
Selain penunggu di Kelurahan, sambung Ikram, pada jere-jere juga terdapat penjaganya. “Sampai sekarang kepercayaan ini masih tertanam di benak setiap generasi. Bahwa Ternate adalah kota suci, yang dihuni oleh para aulia dan anbia,” imbuhnya.
“Biasanya kalau ada musibah seperti ini pasti ada kesalahan besar yang dibuat oleh warga Ternate. Misalnya, ada badai dan hujan petir, itu adalah tanda atau pemberitahuan, dan pasti ada sesuatu," katanya.
"Belakangan ini ada hujan dan badai petir kemudian ditemukan bayi yang dibuang. Sampai bayi yang dibuang itu sudah ditemukan, barulah badai dan petir berhenti dengan sendiri."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar